Oleh Ulfah Sity Mas’udah
Hagia menghela napas panjang, memandang lautan lepas dari balkon kamarnya. Ombak bergulung, menyapa pantai dengan ritme yang menenangkan. Angin sepoi membawa aroma khas laut yang begitu dirindukannya. Sukabumi, kota pelabuhan yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya, kini terasa begitu dekat dan begitu asing.
Dulu, Sukabumi adalah surga bagi Hagia. Setiap sore, ia akan menyusuri pantai, membangun istana pasir bersama teman-temannya. Suara deru ombak dan kicau burung menjadi latar belakang indah masa kecilnya. Kini, bangunan-bangunan tinggi menjulang di sepanjang garis pantai, menggantikan hamparan pasir yang dulu ia kenal.
Hagia teringat pada neneknya, seorang nelayan tangguh yang mengajarkannya banyak hal tentang laut. Neneknya sering bercerita tentang legenda putri duyung yang hidup di kedalaman laut selatan. Legenda itu menjadi teman setia Hagia di malam hari, membantunya menjelajahi dunia fantasi yang indah.
Setelah lulus kuliah, Hagia memutuskan untuk merantau ke kota besar. Ia ingin mengejar karir dan membuktikan kemampuannya. Namun, semakin lama ia berada di kota besar, semakin ia rindu akan suasana Sukabumi. Keramaian dan hiruk pikuk kota membuatnya lelah. Ia merindukan ketenangan dan keindahan alam yang hanya bisa ditemukan di kampung halamannya.
Suatu hari, Hagia memutuskan untuk kembali ke Sukabumi. Ia ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya dan menikmati keindahan kota yang telah membesarkannya. Sesampainya di Sukabumi, Hagia langsung menuju ke pantai. Ia duduk di atas batu karang, memandang lautan lepas.
"Sudah banyak yang berubah, ya, Nek," gumam Hagia lirih.
Tiba-tiba, ia merasa ada yang menyentuh bahunya. Ia menoleh, tetapi tidak ada siapa-siapa. Angin laut berhembus kencang, membawa serta aroma khas laut yang begitu familiar. Hagia tersenyum. Ia merasa kehadiran neneknya di sampingnya.
"Nenek tahu kamu rindu Sukabumi," suara lembut itu terdengar di telinganya.
Hagia meneteskan air mata. Ia tahu itu hanya khayalannya, namun ia merasa sangat tenang. Ia menyadari bahwa meskipun banyak hal telah berubah, cinta dan kasih sayangnya pada Sukabumi tidak akan pernah pudar.
Malam harinya, Hagia berjalan-jalan menyusuri kota. Ia mengunjungi tempat-tempat yang pernah menjadi saksi bisu masa kecilnya. Ia mengunjungi rumah neneknya, pasar tradisional, dan sekolah lamanya. Setiap sudut kota membangkitkan kenangan indah.
Hagia merasa bersyukur bisa kembali ke Sukabumi. Ia menyadari bahwa kota ini adalah rumahnya, tempat di mana ia merasa paling nyaman dan bahagia. Ia memutuskan untuk tinggal di Sukabumi dan memulai hidup baru.
Keesokan harinya, Hagia bangun pagi-pagi. Ia berjalan-jalan di sepanjang pantai, menikmati keindahan matahari terbit. Ia merasa begitu bersyukur atas semua yang telah ia miliki. Ia memiliki keluarga yang menyayanginya, teman-teman yang setia, dan kota yang indah untuk dihuni.
Hagia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang. Namun, ia yakin bahwa dengan cinta dan semangat, ia bisa menghadapi segala tantangan yang ada. Sukabumi akan selalu menjadi rumahnya, tempat di mana ia bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan.