Semaan Pusi Gelar Diskusi Buku Kritik Sastra

 

Laporan: Thariq Aziz dan Kayla Nareswari (Pemuda Karang Taruna RW 08 Taman Serua, Depok)

 

Depok, 27 September 2025 – Gelaran Semaan Puisi dan Haul Sastrawan 2025 kembali menjadi sorotan penting dalam jagat sastra Indonesia. Acara yang mendapat dukungan dari Program Penguatan Komunitas Sastra Kementerian Kebudayaan ini menyajikan diskusi kritis mengenai teori poskolonial, ekokritik, hingga gastrokritik berdasarkan buku karya Yusri Fajar.

Fokus Kajian: Teori Kritik Sastra Kontemporer

Diskusi yang diadakan pada Sabtu, 27 September 2025, di Al-Zastrouw Library dan Adakopi Satulagi ini merupakan agenda ketiga dari rangkaian acara tersebut. Sebelumnya, telah dikaji karya-karya sastrawan Abdul Hadi WM, dengan narasumber Angin Kamajaya, (11 September 2025) dan cerpen-cerpen Sasti Gotama, Akhir dari Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu, dengan narasumber cerpenis Mahwi Air Tawar, (24 September 2025).

Pada agenda minggu ketiga ini, pembahasan utama berfokus pada buku Yusri Fajar, Jalan Kritik Sastra: Aplikasi Teori Poskolonial Hingga Ekokritik. Sebagai pembicara kunci, Jamal D. Rahman, sastrawan sekaligus Pemimpin Redaksi majalah Horison, mengupas tuntas gagasan-gagasan penting dalam buku tersebut.

Dalam paparannya, Jamal D. Rahman menjelaskan bagaimana teori poskolonialisme, ekokritik, dan gastrokritik dapat diterapkan dalam membaca serta menganalisis karya sastra. Poskolonialisme, menurutnya, tumbuh di negara-negara bekas jajahan sebagai bentuk perlawanan intelektual terhadap dominasi budaya kolonial. Sementara itu, ekokritik hadir untuk menggeser cara pandang terhadap alam dalam sastra; alam tidak lagi sekadar latar belakang, melainkan entitas yang memiliki posisi politis dan ideologis setara dengan manusia, bahkan dapat menjadi pusat perhatian dalam teks. Pemikiran Yusri Fajar ini menjadi refleksi penting di tengah isu-isu ekologis global yang mendesak. Selain dua teori tersebut, diskusi juga menyinggung gastrokritik, yaitu konsep yang memandang penting kuliner dalam karya sastra. Gastrokritik, yang lahir dari kajian interdisipliner, bertujuan mengevaluasi, menganalisis, dan melestarikan kekayaan kuliner nusantara melalui karya sastra, sehingga sastra dipahami tidak hanya sebagai teks tertulis, melainkan juga sebagai ruang pelestarian budaya.

Acara Semaan Puisi dan Haul Sastrawan 2025, yang juga didukung oleh Karang Taruna Komplek Taman Serua RW 08, tidak berhenti pada ruang diskusi intelektual. Kegiatan ini semakin syahdu dengan penampilan pembacaan puisi oleh Muhammad Rezki dari SMK Letris Indonesia 1.

Acara kemudian ditutup dengan doa singkat yang dipimpin oleh Ngatawi Al Zastrouw, dan 

Sebagai penutup, seluruh peserta, sastrawan, dan hadirin berkesempatan melakukan foto bersama. Momen ini menjadi simbol kebersamaan, solidaritas, dan penghargaan terhadap warisan para sastrawan terdahulu.

Dengan memadukan diskusi kritis, kajian ilmiah, penampilan seni, serta doa, acara ini berhasil menjadi ruang pertemuan lintas dimensi—antara intelektualitas, spiritualitas, dan kebudayaan. Semaan Puisi dan Haul Sastrawan 2025 ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus merawat sastra sebagai bagian dari denyut kebudayaan bangsa.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak