Oleh K.H. Nisful Laila Iskami
Anakku, ada waktu ketika kita memulai pencarian ini, dan ada pula batas waktu yang akan mengakhirinya. Kehidupan ini adalah perjalanan yang tak pernah berhenti, berjalan di antara takdir, ikhtiar, pilihan, dan tawakkal. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang memanfaatkan waktu dengan bijak, membangun pencariannya dengan cara yang benar—bukan sekadar mengikuti arus, tetapi dengan mengkaji Al-Qur’an di bawah bimbingan guru yang memahami ilmunya.
Dalam menapaki jalan ini, Anakku, ingatlah selalu bahwa memahami Al-Qur’an bukan sekadar membaca teks dan melihat konteks. Ia bukan hanya deretan huruf yang diucapkan, bukan sekadar lafaz yang bergema di bibir, tetapi adalah samudra hikmah yang menanti untuk diselami.
Ada kedalaman makna yang harus kau gali, sebagaimana seorang penyelam yang menembus lapisan-lapisan air untuk menemukan mutiara. Setiap ayat memiliki rahasia, setiap kata menyimpan cahaya. Jangan terburu-buru menyimpulkan sebelum hatimu siap menampung keluasan maknanya.
Anakku, ketahuilah, Al-Qur’an bukan kumpulan kata-kata mati. Ia hidup dalam tarikan napas kehidupan, bercahaya di balik realitas yang sering kali tak terbaca oleh mata biasa. Ia berinteraksi dengan jiwa, menuntun yang ragu, menguatkan yang lemah, dan meneduhkan yang resah. Namun, keindahan itu tak akan terungkap jika kau hanya berhenti pada pemahaman lahiriah. Ada korelasi ayat yang perlu kau pahami, ada keseimbangan antara wahyu dan realitas yang mesti kau renungkan.
Jangan pernah menafsirkan tanpa ilmu, sebagaimana seorang musafir tak boleh berjalan di malam pekat tanpa lentera. Pemahaman yang benar lahir dari kesabaran mencari, dari keluasan wawasan, dan dari hati yang tunduk pada kebenaran. Allah menurunkan firman-Nya sebagai petunjuk, bukan sekadar untuk dihafal, tetapi untuk direnungkan, dipahami, dan diamalkan dengan penuh kesungguhan.
Maka, anakku, berjalanlah dengan hati yang bersih dan akal yang terang. Carilah ilmu, berguru kepada mereka yang telah meniti jalan ini dengan khusyuk dan penuh pengabdian. Jangan biarkan prasangka menggantikan dalil, jangan biarkan kebodohan menutup cahaya kebenaran. Karena memahami firman Allah bukan perkara mudah, ia adalah perjalanan yang membutuhkan keikhlasan, kesungguhan, dan doa.
Anakku, ketahuilah, Allah tidak hanya menurunkan Al-Qur’an, tetapi juga memberikan sumber-sumber lain sebagai panduan. Al-Hadits, atsar, dan fatwa adalah lentera yang akan membantumu memahami kebenaran. Akal manusia pun punya peran, tetapi ia harus disucikan dari tipu daya dan dikawal oleh Ijma’ dan Qiyas, agar tetap berada di jalan yang benar. Jika kau ingin mendalami Al-Qur’an, jangan hanya berpegang pada satu dalil dan mengabaikan yang lainnya, karena ilmu itu seperti mozaik yang saling melengkapi.
Anakku, dalam pencarianmu, kau akan menemukan perbedaan. Itu adalah bagian dari sunnatullah. Jangan pernah menganggap dirimu yang paling benar dan menutup diri dari pemahaman orang lain. Perbedaan bisa menjadi rahmat jika didasarkan pada dalil yang jelas dan pemikiran yang lurus. Namun, jangan pula kau menjadi ragu dalam prinsip kebenaran. Ada hal-hal yang harus dipertahankan tanpa tawar-menawar. K
Wahai anakku, kehidupan ini adalah perjalanan panjang, tetapi waktu kita terbatas. Takdir telah ditentukan, tetapi ikhtiar tetap harus kau lakukan. Jangan biarkan waktu berlalu sia-sia, dan jangan pernah lelah dalam mencari kebenaran. Semoga setiap langkahmu diberkahi, dan semoga pencarianmu membawa cahaya bagi dunia dan akhiratmu.